Saat itu 6 Juli, hari yang ditunggu-tunggu oleh setiap
peserta SNMPTN. Hari dimana para pengadu nasib menuai apa yang telah mereka
tabur.
Yes, I’m one of them. Sama seperti mereka yang lainnya, gue juga
menunggu-nunggu hasilnya. Dimanakah gue akan berkuliah nanti. Tapi entah kenapa
gue gak gugup waktu mau buka website pengumuman itu. Perasaan gue lebih ke..
Berserah, atau pasrah, atau apalah itu, yang pasti gue gak mau expect too much
dengan hasilnya, takut entar sakit ati kalo ternyata gak lulus.
Dann, gue dinyatakan lulus di pilihan ketiga gue. UPI. Akuntansi.
Seharusnya gue seneng. Tapi gue malah bingung saat itu. Karena
passing grade gue harusnya ga nyampe buat lolos disitu, passing grade gue justru
nyampe-nya di pilihan kedua (pilihan kedua gue passing gradenya lebih rendah daripada yang ketiga, beda jurusan) walaupun pas-pasan (gue ambil IPC).
Sementara semua orang sibuk kasih selametan ke gue, gue
iya-iya aja, tapi masih dengan perasaan bingung-setengah linglung. Kok lulusnya yang ini sih, God? Kata gue
dalam hati, harusnya bukan ini.. Bukan ini yang gue mau. Gue gak mau di
Bandung. Gue maunya Jakarta.
Yes it was
my plan, tapi kemudian gue berpikir kalo bukan disitu tempat yang
tepat bagi gue untuk ngejar mimpi gue. Musik. Dan gue ga lolos SIMAK UI.
Habislah harapan gue. Gaada lagi jalan lain buat ngegapai cita-cita gue jadi pemusik. Dan UI.. was one of my dreams.
Tetapi kemudian gue diingatkan kembali.
Bahkan di postingan gue yang lalu gue pernah bilang,
“Sekeras apapun usaha kamu buat ngewujudin keinginan kamu, kalo itu gak sesuai dengan kehendak Tuhan, itu bakalan sia-sia. Kamu PASTI gagal.”
Dan, apakah rencana-rencana yang gue susun untuk kuliah di
Jakarta itu bakal mendatangkan kemuliaan bagi Sang Pencipta gue, atau bagi diri
gue sendiri?
Dan, apakah rencana-rencana yang gue susun untuk kuliah di
Jakarta itu bakal mendatangkan kemuliaan bagi Sang Pencipta gue, atau bagi diri
gue sendiri?
Gue juga lupa untuk bersyukur.. Gue tersentak.
Ya, ini ternyata emang salah di gue. Lagian
kan ga mesti di Jakarta gue bisa ngewujudin mimpi gue. Di Bandung juga bisa.
Walaupun banyak temen-temen gue dan lain-lain yang bahkan gaktau universitas
tempat gue kuliah, it’s okay. Mungkin, kalo kemarin gue lulus di UI, gue
bakalan jadi sombong, main musik buat keren-kerenan gue doang. Disini Sang
Pencipta gue mengajari gue untuk (kembali) belajar menjadi rendah hati. Gue
yakin bahwa Dia bakal mengangkat orang yang mau rendah hati dan berserah pada-Nya. Dan bahwa kalo emang musik itu
panggilan hidup gue, lewat jalan apapun Dia bakal buka jalan. Gue cuma perlu menikmati prosesnya.
Selama gue menyerahkan rencana gue pada-Nya.
Selama gue hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
It might be hard, but just remember, He's still with you. Always.
Put God in charge of your work, then what you've planned will take place.
Proverbs 16:3 – The
Message Bible